Gilanya Pemancing – Mancing Belut di Sawah

Pertama kali mancing belut adalah ketika saya masih kecil. Waktu itu diajak oleh paman untuk memancing belut di sawah.

Asyik dan menyenangkan proses untuk mencari binatang yang enak dimakan ini. Apalagi kalau yang memasaknya jago. Tambah sedep. Ini makanan favorit saya.

Dulu, sebelum sawah dibanjiri oleh produk kimia, yang namanya umpan mancing belut sudah tersedia di sawah yaitu bancet, bahasa indonesianya anak kodok gak tahu saya bahasa Malaysia, singapura, bruneinya apalagi bahasa Amerika, eropa atau luar negerinya. Ngelantur nih.

Tinggal gebrig tanah (injek tanah dengan keras) maka si bancet ini akan pada nongol. Tinggal kita menangkapnya. Sekarang mah mungkin tinggal kenangan. Maka umpan yang masih mudah didapat adalah cacing. Semoga makhluk yang satu inipun dimasa yang akan datang tidak musnah.

Oleh karena bancet masih banyak saat itu, maka di bawah kail urek atau pancing selalu ada benang. Sekarang mah sama nasibnya dengan si bancet, tinggal kenangan.

Saya berdua paman menelusuri galengan / pematang sawah. Cara mancing belut saya begini, ada lubang, masukkin. Mau lubang apapun saya masukin tuh pancing. Gak tahu kalau lubang di sawah ada macem-macem. Ada lubang belut, ular, kepiting dan yuyu. Yah namanya anak kecil. Untung gak ketemu lubang ular, bisa ngacir dan trauma kali sayahnya. Alias kapok untuk mancing belut lagi.

Tapi emang begitulah, terkadang pengalaman tidak menjamin nasib. Paman saya yang sudah pengalaman malah boncos. Sedang pancingan saya ditarik sama belut. Senengnya minta ampun sama degdegan.

Terjadilah tarik menarik antara saya dengan si belut. Ternyata saya yang kalah. Tak kuasa tenaga ini melawan betotan belut. Ketika saya menyerah, saya serahkan urusan ini pada paman saya. Dan akhirnya belut itu sukses didapatkan dengan mudah.

Mancing belut ini kadang lucu. Misal saat kita memasukkan kail ke lubang, eh ada ular lagi menjulurkan lidahnya. Ya ngibritlah kita karena kaget dan takut. Atau lubang yang dimasukin adalah lubang kepiting, ini mah bikin geli dan kesel. Udah seneng, ada sambutan dari dalem eh pas nongol, capit yang menganga seakan meledek “saya kepiting loh”. Asem.

Atau pas sudah tarik menarik dengan si belut, tiba-tiba “tes” terlepas. Gondok maaa. Kesel. Langsung deh digali tanahnya, nyoba ngejar tuh belut. Padahal gak ada gunanya sama sekali, karena pasti tidak akan dapet. Kita tahu hal tersebut, namun karena emosi, ya kita lakuin. Hasilnya, pematang sawah orang jadi hancur! Hampura maaang.

Hal lain adalah ketika tarik menarik sudah dimenangkan. Eh pas udah ditangan lepas. Atau ketika akan dibanting, terbang karena lepas oleh ayunan tenaga kita. Kita hanya bisa melongo sambil teriak “arghhhhh. Gue keremus luh”.

Karena kesenangan akan ngurek belut ini, maka jika melihat orang dapet belut gede, dada ini terasa sesak. Iri hati. Ingin rasanya dapat yang itu. Belut besar, belut super besar, belut terbesar, belut gede, belut super gede, belut raksasa, belut monster adalah kata-kata yang bermain-main di pikiran kita.
Terbayang jika mendapatkan belut idaman, dimasak lalu dimakan. Nikmaat rasanya.

Begitulah pengalaman receh saya dalam hal pancing memancing belut di sawah. Karena saya belum pernah mancing di rawa ataupun di sungai. Palingan di kolam.

Salam hangat.

Tinggalkan komentar